Oleh Trining Herlina

Aktivitas bermain menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan maupun diabaikan. Tidak mungkin anak belajar tidak dalam kerangka bermain. Segala sesuatu yang ada di tangan anak akan dijadikan alat bermain. Bermain adalah menu utama anak setelah makan dan minum. Dimana saja anak bermain perlu bermain, di rumah, di halaman tetangga, di sekolah kakanya, ditempat rekreasi, pendek kata dimana saja anak berada butuh permainan dan akan menjadikan segala sesuatu sebagai barang mainan. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain adalah sesuatu yang akan sangat bermakna sampai di kemudian hari ketika ia menjadi manusia dewasa.

Sensasi yang dirasakan ketika bermain akan menjadi kenangan indah selama hidupnya. Banyak hal yang dirasakan ketika bermain di waktu anak-anak menjadi inspirasi bagi kehidupan berikutnya. Banyak hal yang dirasakan ketika bermain di waktu anak-anak menjadi inspirasi bagi kehidupan berikutnya. Sehubungan dengan itukiranya semua orang yang berada di dekat anak, baik orang tua, saudara, guru, tetangga atau siapapunwajib memberikan sesuatu kepada anak dalam bentuk permainan, sebab dalam permainan tersimpan banyak pelajaran yang sangat berharga. Permainan bersifat stimulasi kecerdasan sesuai dimensi yang terkait dengan jenis permainannya.

trining-1

Persoalannya adalah tidak semua permainan tersaji dalam kemasan yang menarik minat anak. Untuk itu menjadi tantangan bagi kita untuk mengemas mainan sesederhana apapun menjadi menjadi sesuatu yang menarik minat anak. Kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan anak tidak akan datang dua kali, kesempatan itu datang sekali dalam waktu yang singkat. Untuk itu sudah sewajarnyalah bila kita berbuat yang terbaik bagi anak sambil berpacu dengan waktu.

Tujuan Mengenas Aktivitas

Mengemas kegiatan bemain bertujuan agar permainan tersebut menjadi lebih menarik bagi anak, sehingga akan menjadi antusias dalam melakukan permainan. A ak menjadi tenggelam dalam kenikmatan bermain. Pada umumnya setiap kegiatan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak sebagai persiapan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupannya agar pendidikan lebih bermakna bagi anak, maka pendidikan hendaknya dilakukan sejak dini. Bermain yang dikemas dengan baik menjadi medium sekaligus model pendidikan bagi anak di usia dini, sehingga praktis pendidikan anak perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Berorientasi pada kebutuhan anak; (2) Dikemas dalam kegiatan bermain; (3) Bersifat kreatif dan inovatif; (4) Lingkungan kondusif, menarik dan menyenangkan, aman serta nyaman; (5) Menggunakan model pembelajaran berpusat pada anak (6) Mengembangkan keterampilan hidup (7) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar; (8) Pembelajran berorientasi pada prinsip perkembangan anak:

  • Anak belajar dengan baik bila kebutuhan fisiknya terpenuhi
  • Siklus belajar anak selalu berulang; membangun kesadaran eksplorasi sehingga bisa menggunakannya
  • Anak belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya
  • Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya
  • Setiap anak mempunyai perbedaan individual
  • Anak belajar dari hal yang mudah ke hal yang sulit

Pencapaian kompetensi anak disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan prinsip pendidikan dan memperhatikan perbedaan individual anak. Yang jelas pendidikan dituntut menciptakan suasana yang penuh perhatian dan kasih saying sehingga anak mampu mengembangkan rasa percaya diri, percaya kepada teman dan orang lain serta bisa besosialisasi dengan baik dalam kelompok maupun lingkungannya.

Arah Dasar Pendidikan Anak

Dalam menyusun rencana pendidikan hendaknya diarahkan pada tiga prinsip pendidikan bagi anak usia dini, yaitu: (1) Pendidikan sebagai proses belajar dalam diri anak, untuk itu anak harus diberi kesempatan untuk belajar secara optimal. Implementasinya bisa dalam bentuk kesempatan melihat, mengamati dan menyenth/merasakan sensasi dari benda di sekitarnya; (2) Sebagai proses sosialisasi, pendidikan tidak hanya mencerdaskan dan memberikan keterampilan tetapi juga harus mempehatikan aspek moral dan etika; (3)Sebagai makhlik social, anak dibebaskan untuk memahami bahwa manusia harus saling melengkapi karena secara individu maupunkelompok masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan yang bisa memberikan nilai tambah bagi orang lain

Sehubungan dengan itu dalam pelaksanaannya hendaknya mempehatikan kemampan yang perlu dikembangkan sejak dini, antara lain: (1)Kecerdasan linguistik bisa dikembangkan dengan rangsangan berupa ajakan bicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita;  (2) Kecerdasan logika matematika dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisa data dan bermain dengan benda-benda; (3) Kecerdasan visual spasial bisa dirangsang dengan permainan balok, bentuk-bentuk geometri, melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun dengan daya khayal; (4) Kecerdasan musical bisa dirangsang melalui irama, nada, birama berbagai bunyi dan tepuk tangan; (5) Kecerdasan Kinestetik dapat dirangsang melalui gerakan, tarikan, olahraga dan geakan tubuh (6) Kecerdasan Naturalis yaitu mencintai keindahan alam, bisa dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angina, banjir, pelangi, siang malam, panas dingin, bulan, matahari (7) Kecerdasan interpersonal yaitu, kemampuan untuk melakukan hubungan dengan oran lain atau antara manusia, bisa diransang melalui bermain bersama teman, bermain peran, bekerja sama dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik (8) Kecerdasan intrapersonalyaitu kemampuan memahami diri sendiri dapat dirangsang melalui konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri dan termasuk control diri dan disiplin; (9) Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama. Kecerdasan spiritual ini masih ada yang belum menyetujui, baik dari segi konsep ataupun penyebutan.

Kecerdasan anak-anak tersebut di atas merupakan dasar penanaman kompetensi dan hasil belajar. Oleh karena pembermainan merupakan upaya edukatif, maka harus terukur. Batas untuk keperluan pengukuran ini diperoleh melalui pengamatan pada menu pengembangan potensi anak usia dini dan dilakukan dengan cara peneraan tanda pada lambing tertentu sesuai indikator kemampuan yang telah terstruktur.

trining-2

Menyusun Kerangka Kegiatan

Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam rangka menyusun kegiatan adalah:

(1) Menentukan bentuk kegiatan; (2) Menentukan strategi ; (3) Menentukan bahan dan perlengkapan belajar; (4) Menentukan motivasi dan bimbingan.

Sesudah itu dipikirkan bagaimana cara stilisasi pada kerangka kegiatan tersebut. Maksud stilisasi adalah penetapan ragam kegiatan yang bisa digunakan sebagai pemanis dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Stilisasi merupakan sesuatu yang harus direncanakan dengan matang, karena akan bisa diharapkan memberi nilai tambah dalam pelaksanaan kegiatan berm,ain sambil belajar. Kesibukan utama mengemas kegiatan bermain adalah stilisasi yang merupakan perincian teknis atau artikulasi dari konsep-konsep yang termaktub dalam keangka-keangka pembermainan tersebut.

Membuat Instrumen Penilaian

Penilaian yang bersifat otentik memiliki beberapa karakter: (1) Tidak disajikan dalam bentuk nilai yang disimbolkandengan angka dan huruf (2) Mendorong anak untuk mengevaluasi karyanya sendiri dan di bagian mana diperlukan adanya upaya peningkatan (3) Kesalahan-kesalahan dianggap sesuatu yang wajar dan merupakan bagian yang diperlukan dalam belajar (4) Dilakukan terutama melalui observasi dan pencatatan  pada interval waktu yang regular (5) Kemajuan anak dilaporkan pada orang tua dalam bentuk komenta-komentar (6) Kemajuan dilaporkan dengan membandingkan prestasi anak sekarang dengan yang pernah diperoleh pada masa-masa yang lampau (7) Orangtua diberi informasi secara umum tentang bagaimana keadaan anaknya dibandingkan dengan rata-rata performance anak pada umumnya; (8) Anak tidak dipromosikan dan tidak pula mengalami kegagalan; (9) Tinggal kelas dihindari karena alas an dampak psikologis yang negative terhadap rasa dan harga diri anak.

Rencana Aksi Penyusunan Kemasan Permainan

Dalam menyusun kemasan permainan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Aspek kecerdasan yang akan distimulasi

Langkah ini bisa dianggap sebagai kesepakatan awal bagi pendidik dalam mewujudkan komitmennya terhadap kegiatan yang direncanakan bagi anak. Pemeliharaan bagi aspek pekerjaan yang akan distimulasidisesuaikan dengan banyaknya hal antara lain, kemampuan SDM (pendidik) yang ada, sarana yang bisa disediakan, metode yang mungkin bisa dilaksanakan. Pemilihan aspek kecerdasan yang akan distimulasi hendaknya diupayakan secara merata sehingga pada akhir kegiatan semua kecerdasan yang seharusnya mendapat stimulan bisa tercapai. Perlu diingat bahwa anak memerlukan stimulasi untuk semua kecerdasan, kekuranglengkapan perlakuan stimulasi akan mengakibatkan kurang sempurnanya tahap perkembangan yan dialami oleh anak dan nantinya akan berpengaruh pada keseimbangan perilaku. Misalnya, anak yang hanya mendapatkan stimulasi kecerdasan logis matematika tanpa disertai stimulasi kecerdasan logis matematika tanpa disertai stimulasi interpersonal akan mengakibatkan anak tumbuh sebagai pribadi yang kurang memiliki kecerdasan emosional walaupun ia anak yang memiliki prestasi akademik yang baik.

  1. Usia Anak

Dalam merencanakan kegiatan bermain sambil belajar, usia anak juga harus menjadi bahan pertimbangan karena permainan yang banyak, mengandung unsur olahraga akan terkait erat  dengan kemampuan menggunakan otot halus dan kasar serta kemampuan berlari, kemampuan membuat keseimbangan tubuh dan sebagainya. Perbedaan usia kurang dari setengah tahun pun akan memiliki perbedaan  yang nyata bagi anak tertentu. Sebagai contoh, secara umum anak dengan usia yang sama akan memiliki bentuk fisik yang relative sama, kecuali untuk bebeapa anak yang mengalami pertumbuhan yang melebihi atau kurang dari rata-rata. Tetapi menurut pengalaman, anak dengan usia sama akan  memiliki kemampuan fisik yang sama walaupun ukuran tubuhnya berbeda. UNESCO dan Departemen Keehatan RI sudah mengeluarkan standar ukuran tumbuh kembang ini.

  1. Karakteristik Peserta Didik

Setiap lembaga pendidikan akan memiliki peserta didik dengan karakter yang berbeda-beda, hal itu sangat bergantung dari latar belakang keluarga peserta didik itu sendiri, dan tiap peserta didik akan memiliki karakter yang berbeda pula. Dengan demikian pemilihan kemasan aktivitas bermain harus memperhatikan fenomena ini. Tidak mungkin pendidik mengemas aktivitas tanpa memperhatikan karakter peserta didik.

Misalnya, lembaga pendidikan yang ada di pinggiran kota dengan yang ada di tengah kota dengan peserta didik yang notabene juga warga sekitar akan sangat berbeda kebiasaannya dan akan berbeda pula keinginannya dalam bermain. Pendidik harus memahami betul hal ini sehingga tidak akan terjebak pada kemasan aktivitas bermain yang ditolak anak dan ditolak lingkungankarena tidak kontekstual. Adalah sesuatu yang mungkin terasa sulit apabila latar belakang social pendidikan dan peserta didik jauh berbeda. Namun bisa disikapi dengan menempatkan pola pikir pendidik pada peserta didik atau dengan kata lain pendidik harus mampu menerjemahkan keinginannya.

  1. Hal-hal yang Mampu Diantisipasi

Setiap perencanaan tentu ada kemungkinan tidak terlaksana. Biasanya ada bermacam-macam hambatan yang mungkin dihadapi. Khususnya dalam penyusunan rencana kegiatan untuk bermain, factor hambatan yang paling sering ditemui adalah hambatan cuaca atau factor alam lain, sepertihujan atau terlalu terik. Untuk itu dalam penyusunan rencana kegiatan hendaknya disertakan pula rencana berupa antisipasi untuk menyiapkan hal yang tidak diinginkan tersebut.

Contoh Rencana Aksi Pengemasan

Berikut ini adalah sekedar gambaran yang bisa dijadikan acuan dalam penyusunan rencana aksi

  1. Nama Permainan: Simulasi Gunung Meletus
  2. Aspek kecerdasan yang akan distimulasi : Kecerdasan natural, linguistic, logis matematik, interpersonal, kinestetik, musical, spiritual
  3. Deskripsi kegiatan bermain:
  • Anak diminta berkumpul secara melingkar
  • Guru menunjukkan gunung buatan sambil menceritakan dan bertanya jawab mengenai gunung dan sekitarnya
  • Anak bersama pendidik menyanyikan lagu Naik-naik ke Puncak Gunung
  • Pendidik menjelaskan dan memberikan contoh sederhana proses terjadinya letusan gnung beserta bahayanya
  • Bertanya jawab mengenai langkah yang harus diambil ketika tahu gunung akan dan telah meletus
  1. Hal yang perlu diantisipasi:
  • Tempat menjadi becek
  • Baju anak basah/kotor
  • Ada anak yang takut dengan becek dan kotor
  1. Waktu yang diperlukan: 30 menit
  2. Sarana: tanah, botol kecil/plastik air mineral, deterjen, pewarna, cuka.

Yogyakarta, 12 November 2016

Trining Herlina adalah Pamong Belajar Madya pada Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Daerah Istimewa Yogyakarta