EbasBiasanya, menyongsong datangnya tahun baru, banyak orang bicara tentang perlunya mengadakan resolusi untuk melakukan aksi yang terbaik, setelah melakukan refleksi. Ada yang bilang, resolusi adalah kebulatan pendapat berupa harapan tentang sesuatu hal yang lebih baik dari saat ini.

Sebentar lagi, dalam hitungan jam, tahun 2016 akan kita masuki dan meninggalkan segala torehan kenangan di tahun 2015. Ada yang berkesan pun ada yang tidak punya kesan apa-apa. Inilah sebagian orang yang berprinsip aman-aman saja tanpa prestasi apa-apa, yang penting selamat dengan tetap menikmati rejeki dari mana-mana.

Di awal tahun 2016, ada baiknya sebagai kaum pembelajar, kita mencoba memulai merancang target untuk bisa berbuat yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan terdekat. Orang bijak bilang, agar tercapai apa yang diharapkan, hendaknya dicatat dan diingat agar tetap dalam jalur target yang telah dicatat.

Ada yang bilang, resolusi tahun baru adalah sebuah istilah yang sering digunakan sebagai bentuk komitmen yang dibuat untuk mencapai sesuatu yang baru yang lebih baik, sehingga bisa menjadi media penyemangat untuk mewujudkan resolusi yang dicanangkan.

Masing-masing orang boleh mengarang resolusi, juga boleh tidak membuat resolusi. Karena itu hanyalah pilihan. Kali ini bolehlah saya menyusun resolusi. Tidak muluk-muluk, yang sederhana saja, harapannya bisa menginspirasi pembaca dalam karyanya sebagai sumbangsih untuk kemanusiaan. Sekecil apapun yang penting bermanfaat.

Resolusi pertama, tentu IPABI sebagai organisasi yang mewadahi pamong belajar, semakin dicintai dan menjadi bahan rujukan untuk mencari informasi sekaligus tempat mengadu tentang nasib karier pamong belajar. Kemudian, yang lebih penting lagi, masing-masing pamong belajar berkenan menyisihkan sedikit rejekinya membayar iuran untuk operasionalisasi IPABI sesuai kesepakatan.

Kedua, media komunikasi ipabi online yang dibangun Fauzi itu, hendaknya semakin semarak oleh tulisan pamong belajar yang mayoritas pintar-pintar (termasuk pintar ngarang model dan ngarang laporan sekaligus ngarang anggaran). Ya tulisan apa saja tentang apa saja yang terjadi di dunia pendidikan nonformal. Baik tulisan yang serius ilmiah, atau tulisan ilmiah popular, makalah, catatan perjalanan dan tulisan ecek-ecek lainnya karya orisinal pamong belajar.

Sehingga keberadaan ipabi online benar-benar berfungsi sebagai media belajar tukar pengalaman, media pertarungan ide dan gagasan pamong belajar untuk meningkatkan daya nalar serta meningkatkan kepekaan sosial yang mendukung tupoksinya.

Dari situ nantinya karya-karya yang dimuat dalam ipabi online bisa di edit disesuaikan dengan media massa agar bisa dimuat. Sehingga dari tulisan yang dimuat di media massa akan mendatangkan honor dan butiran angka kredit di bidang pengembangan profesi.

Pertanyaannya kemudian, mengapa syahwat menulis pamong belajar di ipabi online masih rendah?. Jawabnya adalah, tidak ada honornya. Ya, memang dijaman yang serba professional ini, dimana pamong belajar semakin akrab dengan proyek, maka segala kiprahnya harus bernilai rupiah. Karena, tidak ada makan siang yang gratis, semua ada itungannya.

Artinya, hanya orang sok idealis setengah gila saja yang mau menulis gratisan untuk mengisi media nirlaba. Hanya orang bodo yang tidak menghargai nilai-nilai profesionalisme, mau memanfaatkan media yang digawangi Fauzi untuk belajar menuangkan ide dan gagasannya dalam media tulis sehungga bisa diketahui oleh khalayak ramai. Siapa tahu, ide dan gagasan yang ecek-ecek itu bisa menginspirasi seseorang untuk membuat program paudni yang benar-benar membawa dampak bagi kemaslahatan masyarakat yang menjadi sasaran program.

Resolusi ke tiga, terkait dengan rencana munas IPABI 2016, dimana salah satu agendanya adalah pergantian pengurus. Ya, pergantian itu, mau tidak mau harus terjadi sebagai upaya penyegaran. Sudah menjadi hokum alam, ada yang pergi ada pula yang mengganti agar organisasi tetap lestari mengemban visi misi sebagai penggerak aksi.

Menurut informasi yang terkumpul, problema pamong belajar saat ini diantaranya adalah semakin berkurangnya jumlah pamong belajar karena pensiun, mutasi dan mati. Sementara pengadaan pamong belajar baru belum menjadi kebijakan prioritas. Kemudian masalah kelembagaan SKB, BPKB, PPPAUDNI, BPPAUDNI dan tupoksi pamong belajar yang perlu dibenahi sesuai konstelasi politik saat ini, termasuk memasukkan asesor dan verifikator ke dalam tupoksi pamong belajar, serta problem ikutan lainnya yang selalu muncul di setiap tahunnya.

Semua itu perlu pengurus IPABI yang mempunyai nyali inovasi dan kreatif. Itu bisa terjadi jika ada jiwa korsa yang militan,  serta rasa persatuan dan kesatuan yang kuat diantara pamong belajar dalam menyuarakan agenda bersama secara transparan dan terus menerus melalui berbagai saluran media dalam upaya mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh pengemban kuasa.

Inilah resolusi yang coba saya tawarkan kepada pembaca ipabi online. Siapa tahu dari tulisan ecek-ecek ini bisa menginspirasi para pamong belajar langganan penerima hadiah apresiasi paudni untuk berkarya lebih rajin lagi agar mendapat hadiah lagi, sehingga keberadaan IPABI akan  mendapat perhatian dari pemerintahannya presiden Jokowi. Untuk itulah mari kita bersama berkontemplasi mencerna tulisan ini tanpa emosi. Salam satu hati. [edibasuki/humas-ipabi]